LAPORAN
PRAKTIKUM KLIMATOLOGI
PENGAMATAN
AWAN
CYNTHIA
MANDA SARI
05021281621047
PROGRAM
STUDI TEKNIK PERTANIAN
JURUSAN
TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur Saya panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya Saya dapat
menyusun Laporan Praktikum Klimatologi Pengamatan Awan.
Pada kesempatan ini Saya
mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak- pihak yang telah membantu dan
mendukung Saya dalam pembuatan dan penyusunan laporan ini . Terutama kepada asisten
praktikum yang telah membimbing dan
memberi arahan kepada Saya.
Saya selaku penyusun menyadari sepenuhnya bahwa laporan
ini masih minim dan masih jauh dari kesempurnaan . Oleh karena itu, saya senantiasa
mengharapkan masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan Saya di
masa yang akan datang .
Indralaya, Oktober 2016
Penyusun
DAFTAR
ISI
Halaman
DAFTAR ISI .......................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................ ii
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................... 1
1.1 Latar
Belakang ..................................................................... 1
1.2 Tujuan
.................................................................................. 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 3
2.1 Awan .................................................................................... 3
BAB 3 METODELOGI ......................................................................... 5
3.1 Waktu dan Tempat ............................................................... 5
3.2 Alat dan Bahan ..................................................................... 5
3.3 Cara Kerja ............................................................................ 5
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................. 6
4.1 Hasil ..................................................................................... 6
4.2 Pembahasan .......................................................................... 14
BAB 5 PENUTUP ................................................................................. 16
5.1 Kesimpulan .......................................................................... 16
5.2 Saran .................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 17
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Pertumbuhan
suatu tanaman akan dipengaruhi oleh faktor biotik dan faktor abiotik. Faktor
biotik (hidup) adalah suatu organisme hidup yang bisa mempengaruhi pertumbuhan
tanaman antara lain mikroorganisme, hewan (meliputi hama dan penyakit) dan juga
termasuk didalamnya manusia. Sedangkan
faktor abiotik (tak hidup) merupakan lingkungan yang ada disekitar tanaman
meliputi air, tanah dan udara yang berhubungan dengan iklim. Klimatologi adalah
ilmu yang mempelajari keadaan rata-rata cuaca yang terjadi pada suatu wilayah
dalam kurun waktu yang sama. Cuaca merupakan keadaan fisik atmosfer pada suatu
saat dan tempat tertentu dalam jangka pendek. Klimatologi pertanian ialah
cabang ilmu iklim atau cuaca terapan yang mempelajari tentang hubungan antara
proses-proses fisik di atmosfer (unsur-unsur cuaca) dan proses pertanian.
Tercakup didalamnya antara lain hubungan antara faktor iklim dengan produksi
pertanian.
Sasaran
yang hendak dicapai oleh klimatologi pertanian ialah untuk memahami dan
mengkaji proses-proses yang terjadi pada perubahan lingkungan fisik disekitar
organisme pertanian akibat perkembangan organisme tersebut serta dampak
perubananya bagi organisme itu sendiri. Unsur-unsur cuaca yang diamati dalam
klimatologi pertanian meliputi: radiasi matahari, suhu, kelembaban nisbi udara,
tekanan udara, evaporasi, curah hujan, angin,awan dan lain-lain. Sedangkan
unsur pertanaian yang diamati tergantung pada tujuan peneliat pertanian
tersebut seperti : fase pertumbuhan tanaman, produksi tanaman, serangan hama
dan penyakit dan lain-lain.
Iklim adalah keadaan
rata-rata cuaca pada suatu wilayah tertentu dalam periode yang cukup lama
(sekitar 25 sampai 30 tahun secara berturut-turut). Sebagai faktor abiotik tanaman, iklim sangat
mempengaruhi pertumbuhan. Unsur-unsur iklim antara lain meliputi cuaca, radiasi
matahari, suhu, tekanan udara, curah
hujan, angin dan kelembaban udara. Perubahan iklim akan mempengaruhi produksi
tanaman. Ilmu yang mempelajari tentang iklim disebut dengan Klimatologi. Adapun
ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara proses-proses fisik di atmosfer
dengan produksi pertanian dinamakan Agroklimatologi. Jenis-jenis dan sifat-sifat
iklim bisa menentukkan jenis- jenis tanaman yg tumbuh pada suatu daerah serta
produksinya.
Oleh karena itu kajian
klimatologi dalam bidang pertanian sangat diperlukan. Seiring dengan dengan
semakin berkembangnya isu pemanasan global dan akibatnya pada perubahan iklim,
membuat sektor pertanian begitu terpukul. Tidak teraturnya perilaku iklim dan
perubahan awal musim dan akhir musim seperti musim kemarau dan musim hujan
membuat para petani begitu susah
untuk merencanakan masa tanam dan masa panen. Untuk daerah tropis seperti
indonesia, hujan merupakan faktor pembatas penting dalam pertumbuhan dan
produksi tanaman pertanian. Selain hujan, unsur iklim lain yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman adalah suhu, angin, kelembaban dan sinar matahari. Setiap
tanaman pasti memerlukan air dalam siklus hidupnya, sedangkan hujan merupakan
sumber air utama bagi tanaman.
Berubahnya pasokan air
bagi tanaman yg disebabkan oleh berubahnya kondisi hujan tentu saja akan
mempengaruhi siklus pertumbuhan tanaman. Itu merupakan contoh global pengaruh
ikliim terhadap tanaman. Di indonesia sendiri akibat dari perubahan iklim,
yaitu timbulnya fenomena El Nino dan La Nina. Fenomena perubahan iklim ini
menyebabkan menurunnya produksi kelapa sawit. Selain itu
produksi padi juga menurun akibat dari kekeringan yang berkepanjangan atau
terendam banjir. Akan tetapi pada saat fenomena La Nina produksi padi malah
meningkat untuk masa tanam musim ke dua. Selain hujan, ternyata suhu juga bisa
menentukkan jenis- jenis tanaman yg hidup di daerah- daerah tertentu.
1.2
Tujuan
Untuk
mengetahui jenis – jenis awan melalui pengamatan pergeseran awan dan
memprediksi cuaca melalui pengamatan awan.
BAB
2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Awan
Proses fotosintesis
mereaksikan karbondioksida dan air menjadi gula dengan bantuan energi cahaya
matahari dan klorofil. Fotosintesis pada umumnya berlangsung pada tumbuhan
berklorofil pada waktu siang hari. Proses fotosintesis merupakan rangkaian dari
proses penangkapan energi cahaya, aliran elektron dan penggunaan energi yang
dilepaskan oleh elektron untuk menghasilkan zat organic (Erviani, 2012).
Klorofil akan
menghasilkan flouresensi berwarna merah yang berarti warna larutan tersebut
tidak hijau pada cahaya yang diluruskan dan akan merah tua pada cahaya yang
dipantulkan (Latunra, 2011).
Sinar matahari yang
mencapai atrnosfir sebagian akan direfleksikan dan diabsorbsi oleh atmosfir itu
sendiri, oleh awan dan panikel padat yang ada diatmosfir, vegetasi serta
permukaan bumi. Awan memegang peran penting di sini karena merefleksikan cahaya
terbanyak, namun begitu refleksi dan pemencaran sinar matahari oleh permukaan
bumi juga penting. Pada saat mendung, banyak dari radiasi ini yang ditahan oleh
lapisan atmosfir sehingga bumi tetap hangat. Suhu malam di permukaan bumi juga
relatif sejuk karena efek pemanasan radiasi di lapisan awan ini (Ariwulan,
2012).
Awan merupakan benda
langit berwarna putih dan juga hitam yang sering dikaitkan dengan kemunculan
hujan. Awan sendiri pada dasarnya merupakan kumpulan dari Kristal Kristal beku
atau tetesan air yang berkumpul menjadi satu pada atmosfer bumi. Awan yang
berada pada langit dan atmosfer bumi tidak terbentuk begitu saja. Terdapat
proses panjang yang membentuk awan, yang sering kita kenal dengan siklus air.
Awan terbentuk sebagai hasil pendinginan (kondensasi atau sublimasi) dari massa
udara basah yang sedang bergerak ke atas. Proses pendinginan terjadi karena
menurunnya suhu udara tersebut secara adiabatis atau mengalami pencampuran
dengan udara dingin yang sedang bergerak ke arah horizontal (adveksi).
Butir-butir debu atau kristal es yang melayang-layang dilapisan troposfer dapat
berfungsi sebagai inti-inti kondensasi dan sublimasi yang dapat mempercepat
proses pendinginan. Awan dapat terjadi dari massa udara
yang sedang naik kearah vertikal karena berbagai sebab, yaitu: pengaruh radiasi
matahari (secara konveksi) dan melalui bidang peluncuran (pengangkatan orografis
atau frontal) (Tjasyono, 2007).
Awan terbentuk ketika uap air sudah
jenuh dan jika mengalami kondensasi. Penjenuhan dapt terjadi akibat penambahan
air (penyatuan), tumbukan, atau kombinasinya. Prses pembentukan awan adalah
rangkaian proses yang rumit dan melibatkan proses dinamik dan juga proses
mikrofisik. Proses dinamik berhubungan dengan pergerakan parsel udara yang
membentuk suatu kondisi tertentu sehingga terbentuknya awan. Proses mikrofisik
adalah proses pembentukan awan melalui proses kondensasi uap air dan interaksi
antar partikel butir air (mechanics) (Ahrens, 2007).
Pembentukan dan
keberadaan awan tidak menjamin bahwa hujan akan terjadi. Adalah biasa kalau
suatu lapisan awan telah ada selama beberapa hari tanpa adanya hujan.
Butir-butir awan yang kecil tetap terapung dalam udara yang naik dimana
butir-butir tersebut terbentuk. Tetapi dalam keadaan yang lain, hanya
dibutuhkan waktu kurang dari 30 menit untuk terbentuknya awan dan mulainya
turunnya hujan yang lebat (Trewartha dan Horn, 2011).
Pada umumnya awan terdiri
dari butir-butir air cair yang berukuran sedemikian kecil sehingga tidak jatuh.
Namun apabila awan tersebut mencapai suatu ketinggian dimana temperatur
udaranya jauh dibawah 0 C maka butir-butir air tersebut menjadi butir-butir es
(kristal). Awan itu sendiri tidak memberitahu kita terlalu banyak. Ahli cuaca
harus mengetahui bagaimana ia telah berkembang dengan berubah atau pecah pada
umumnya, kemungkinan ada hujan lebih besar kalau awan tinggi yang terpisah
menjadi tambah tebal, bertambah jumlahnya dan dasar awan lebih rendah
(Wisnubroto, 2013).
Awan terbentuk akibat dari
penguapan, akan tetapi tidak semua awan yang terbentuk akan menjadi hujan. Awan
dapat menjadi lebih besar dan tebal. Tetapi sebaliknya ada awan yang mengecil
dan musnah setelah beberapa waktu (Muin, 2014)
BAB
3
METODELOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Waktu :
-
Pukul 07:00 ; 12:00 ; 17:00
Tempat :
-
Halaman depan ruang kelas zona C (RKC)
Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya
3.2 Alat dan Bahan
Alat
yang digunakan adalah kamera, pensil, dan buku. Bahan yang digunakan adalah
awan
3.3 Cara Kerja
Siapkan alat untuk mengambil gambar
awan, lakukan pengambilan gambar secara kontinyu di tempat yang sama pada pukul
07:00 ; 12:00 ; 17:00. Amatilah jenis awan berdasarkan pengamatan. Catatlah
hasil pengamatan pada tabel .
BAB
4
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
No
|
Tanggal
|
Waktu
|
Foto Awan
|
Perhitungan
|
Keterangan
|
Kesim
-pulan
|
1
|
30/09/2016
|
07:00
|
|
6 + 6 + 7
+ 7
8
8 8 8
4
= 26
32
|
Awan penutup hasil pengamatan tersebut
adalah 6 okta . Awan penuh dan
beberapa bagian terbuka
|
Langit berawan sebagian, langit cerah
dan tampak seperti
tirai kelambu halus keputih-putihan. (Awan
Cirrostratus).
|
2
|
30/09/2016
|
12:00
|
|
8 + 8 + 7 + 7
8 8 8
8
4
=
30
32
|
Awan penutup hasil pengamatan tersebut
adalah 7 okta . Awan penuh dan
beberapa bagian terbuka
|
Langit berawan hampir seluruhnya, dan membentuk gumpalan (Awan Altokumulus)
|
3
|
30/09/2016
|
17:00
|
|
1 + 1 + 2 + 5
8 8 8
8
4
=
9
32
|
Awan penutup hasil pengamatan tersebut
adalah 2 okta . Awan dengan bagian
terbuka
|
Langit berawan sebagian, dan tampak tersusun dari serat lembut dan halus berwarna putih. (Awan Cirrus (Ci)).
|
4
|
01/10/2016
|
07:00
|
|
4 + 3 + 6 + 5
8 8 8
8
4
=
18
32
|
Awan penutup hasil pengamatan tersebut
adalah 5 okta . Awan dengan sebagian
bagian terbuka
|
Langit berawan sebagian, langit mendung,
dan awan bewarna kelabu. (Awan Stratokumulus)
|
5
|
01/10/2016
|
12:00
|
|
2 + 4 + 4 + 5
8 8 8
8
4
=
15
32
|
Awan penutup hasil pengamatan tersebut adalah
4 okta . Awan dengan sebagian bagian
terbuka
|
Langit berawan sebagian, langit cerah
dan tampak
seperti tirai kelambu halus keputih-putihan. (Awan
Cirrostratus).
|
6
|
01/10/2016
|
17:00
|
|
7 + 6 + 5 + 6
8 8 8
8
4
=
24
32
|
Awan penutup hasil pengamatan tersebut
adalah 6 okta . Awan dengan sebagian bagian
terbuka
|
Langit berawan sebagian, dan membentuk gumpalan (Awan Altokumulus).
|
7
|
02/10/2016
|
07:00
|
|
6 + 5 + 6 + 5
8 8 8
8
4
=
22
32
|
Awan penutup hasil pengamatan tersebut
adalah 6 okta . Awan dengan sebagian bagian
terbuka
|
Langit berawan sebagian,
dan awan bewarna kelabu. (Awan Stratokumulus).
|
8
|
02/10/2016
|
12:00
|
|
3 + 3 + 5+ 4
8 8 8
8
4
=
15
32
|
Awan penutup hasil pengamatan tersebut
adalah 4 okta . Awan dengan sebagian bagian
terbuka
|
Langit berawan sebagian,
dan awan bewarna kelabu. (Awan Stratokumulus).
|
9
|
02/10/2016
|
17:00
|
|
6 + 7 + 5 + 7
8 8 8
8
4
=
25
32
|
Awan penutup hasil pengamatan tersebut
adalah 6 okta . Awan dengan sebagian bagian
terbuka
|
Langit berawan sebagian,awan
membentuk gumpalan dan awan bewarna kelabu. (Awan Stratokumulus).
|
10
|
03/10/2016
|
07:00
|
|
5 + 6 + 7 + 7
8 8 8
8
4
=
25
32
|
Awan penutup hasil pengamatan tersebut
adalah 6 okta . Awan penuh dengan beberapa
bagian terbuka
|
Langit berawan sebagian, dan membentuk gumpalan (Awan Altokumulus)
|
11
|
03/10/2016
|
12:00
|
|
3 + 2 + 1 + 2
8 8 8
8
4
=
8 = 2
32 8
|
Awan penutup hasil pengamatan adalah 2
okta . Berawan sebagian dengan tekstur halus dan beberapa bagian terbuka
|
Langit berawan sebagian, langit cerah
dan tampak
seperti tirai kelambu halus keputih-putihan. (Awan
Cirrostratus).
|
12
|
03/10/2016
|
17:00
|
|
7 + 8 + 5 + 8
8 8 8
8
4
=
28 = 7
32 8
|
Awan penutup hasil pengamatan tersebut
adalah 7 okta. Awan penuh dengan beberapa bagian terbuka.
|
Langit berawan sebagian, langit mendung,
dan awan bewarna kelabu. (Awan Stratokumulus)
|
13
|
04/10/2016
|
07:00
|
|
8 + 8 + 8 + 8
8 8 8
8
4
=
32 = 8 = 1
32 8
|
Awan penutup hasil pengamatan tersebut
adalah 8 okta. Awan penuh seluruhnya.
|
Langit berawan penuh, langit mendung,
dan awan membentuk gumpalan.
|
14
|
04/10/2016
|
12:00
|
|
6 + 6 + 6 + 6
8 8 8
8
4
=
24 = 6
32 8
|
Awan penutup hasil pengamatan tersebut
adalah 6 okta. Awan penuh dengan beberapa terbuka.
|
Langit berawan sebagian, dan tampak seperti tirai kelambu halus
keputih-putihan. (Awan Cirrostratus).
|
15
|
04/10/2016
|
17:00
|
|
8 + 6 + 4 + 3
8 8 8
8
4
=
21
32
|
Awan penutup hasil pengamatan tersebut
adalah 5 okta. Awan penuh dengan beberapa bagian terbuka.
|
Langit berawan sebagian,
dan awan bewarna kelabu. (Awan Stratokumulus).
|
16
|
05/10/2016
|
07:00
|
|
8 + 6 + 2 + 3
8 8 8
8
4
=
19
32
|
Awan penutup hasil pengamatan tersebut
adalah 5 okta. Awan penuh dengan beberapa bagian terbuka.
|
Langit berawan sebagian,
dan awan bewarna kelabu. (Awan Stratokumulus).
|
17
|
05/10/2016
|
12:00
|
|
5 + 6 + 6 + 4
8 8 8
8
4
=
21
32
|
Awan penutup hasil pengamatan tersebut
adalah 5okta. Awan penuh dengan beberapa bagian terbuka.
|
Langit berawan sebagian,
dan awan bewarna kelabu. (Awan Stratokumulus).
|
18
|
05/10/2016
|
17:00
|
|
7 + 7 + 7 + 8
8 8 8
8
4
=
29
32
|
Awan penutup hasil pengamatan tersebut
adalah 7 okta. Awan penuh dengan sedikit bagian terbuka.
|
Langit berawan sebagian, langit mendung,
dan awan bewarna kelabu. (Awan Nimbostratus).
|
19
|
06/10/2016
|
07:00
|
|
8 + 8 + 8 + 8
8 8 8
8
4
=
32 = 8 = 1
32
8
|
Awan penutup hasil pengamatan tersebut
adalah 8 okta. Awan penuh seluruhnya.
|
Langit berawan penuh, langit mendung,
dan awan membentuk gumpalan.
|
20
|
06/10/2016
|
12:00
|
|
3 + 2 + 1 + 2
8 8 8
8
4
=
8 = 2
32 8
|
Awan penutup hasil pengamatan adalah 2
okta . Berawan sebagian dengan tekstur halus dan beberapa bagian terbuka
|
Langit berawan sebagian, langit cerah
dan tampak
seperti tirai kelambu halus keputih-putihan. (Awan Cirrostratus).
|
21
|
06/10/2016
|
17:00
|
|
6 + 2 + 7 + 4
8 8 8
8
4
=
19
32
|
Awan penutup hasil pengamatan tersebut
adalah 5 okta. Awan penuh dengan beberapa bagian terbuka.
|
Langit berawan sebagian,awan
membentuk gumpalan dan awan bewarna kelabu. (Awan Stratokumulus).
|
4.2
Pembahasan
Berdasarkan pengamatan
yang telah dilakukan, Pada tiga waktu yang berbeda yaitu pukul 07:00 ; 12:00 ;
17:00 secara kontinyu selama seminggu atau 7 hari, pergeseran awan berbeda-
beda dengan jenis yang hampir sama. Awan penutup hasil pengamatan tersebut adalah
5 sampai 6 okta (langit berawan). Jenis – jenis awan berdasarkan hasil
pengamatan yaitu Awan Stratokumulus, Awan Cirrostratus, Awan Altokumulus, dan
Awan Cirrus (Ci).
Stratokumulus
(Sc) ialah awan berwarna kelabu/putih yang terjadi apabila bagian puncak awan
kumulus yang terbentuk pada waktu petang menghampar dibawah songsangan
suhu.Awan-awan ini terjadi pada petang dan senja apabila atmosfer mulai menjadi
stabil. Awan stratocumulus
berupa lapisan awan yang terdiri dari unsur bulatan pipih/memanjang berwarna
kelabu. Masing-masing unsur dapat saling menyambung
Awan
altocumulus berupa lapisan berwarna putih atau kelabu yang terdiri
dari unsur-unsur berbentuk bulatan pipih. Dan macam bentuk Awan Alto Cumulus
adalah awan yang seperti bulu dombaatau sisik ikan tetapi agak melebar 10 s/d
50 dengan warnaputih bersi, atau abu-abu atau campuran dari dua-duanya.
Awan
altostratus berupa awan yang nampak berserat/seragam tapi berwarna
kelabu/kebiruan menutupi sebagian/seluruh langit.Dan macam bentuk Awan AltoStratus
adalah awan yang seperti lembaran-lembaranatau lapisan-lapisan jalur yang
berwarna abu-abuatau kebiru-biruan.Jenis awan ini sering menimbulkan hujan
merata.
Awan cirrus
(Ci) tampak tersusun dari serat lembut dan halus berwarna putih mengkilap
bagaikan sutera.dan bentuk Awan Cirrue adalah awan putih terpisah-pisah seperti
benanghalus atau pecah-pecah atau jalur-jalur sempit atau matapancing atau bulu
ayam atau serabut yang berwarna putihkeperak-perakan.
Awan cirrostratus tampak seperti tirai kelambu halus
keputih-putihan. dan bentuk Awan Cirrostratus adalah awan yang transparan dengan puncak
seperti serabut halus menutupi sebagian atau seluruhnya dari langit dengan
warna keputih-putihan. Awan ini umumnya menimbulkan phenomena lingkaran putih
disekeliling bulan atau matahari.
Awan berwarna putih
disebabkan karena Sinar matahari adalah kombinasi dari berbagai sinar dengan
panjang gelombang (warna) yang berbeda-beda. Butiran air dan es dalam awan
membaur secara merata ke berbagai arah seluruh komponen sinar matahari.
Pembauran sinar dengan panjang gelombang yang berbeda secara merata itu
menghasilkan warna putih. Secara global, sistem perawanan memang berperan untuk
menyaring, mengurangi, bahkan mengeliminasi radiasi matahari sama sekali. Tapi,
jika matahari tampak mengintip dari awan, misalnya, pendaran radiasi matahari
dari awan itu justru akan membuat radiasi matahari meningkat dibanding tidak
ada awan sama sekali. Radiasi sinar matahari yang terbaur memang bisa menambah
besar atau kecilnya radiasi matahari yang datang. Tergantung tipe awannya.
Lapisan awan yang tipis dan awan yang tersebar akan memantulkan sinar matahari
yang datang serta meningkatkan pembauran radiasi. Sebaliknya, awan yang tebal
akan mengurangi bauran itu. Miliaran butiran air atau kristal es yang
melayang-layang di udara menyusun awan-awan itu. Udara selalu mengandung uap
air. Apabila uap air ini meluap menjadi titik-titik air, maka terbentuklah
awan. Peluapan ini bisa terjadi dengan dua cara Udara panas, apabila udara
panas lebih banyak uap terkandung di dalam udara karena air lebih cepat
menyejat. Udara panas yang sarat dengan air ini akan naik tinggi, hingga tiba
di satu lapisan dengan suhu yang lebih rendah, uap itu akan mencair dan
terbentuklah awan. Suhu udara tidak berubah, suhu udara tidak berubah tetapi
keadaan atmosfir lembap. Udara makin lama akan menjadi semakin tepu dengan uap
air. Awan telah terbentuk, apabila awan telah terbentuk titik-titik air dalam awan
akan menjadi semakin besar dan awan itu akan menjadi semakin berat, dan
perlahan-lahan daya tarik bumi menariknya ke bawah. Hingga sampai satu titik
dimana titik-titik air itu akan terus jatuh ke bawah dan turunlah hujan. Jika
titik-titik air tersebut bertemu udara panas, titik-titik itu akan menguap dan
awan menghilang. Inilah yang menyebabkan awan itu selalu berubah-ubah
bentuknya. Air yang terkandung di dalam awan silih berganti menguap dan
mencair. Inilah juga yang menyebabkan kadang-kadang ada awan yang tidak membawa
hujan. Awan tidak sama jenisnya dan selalu berubah bentuk. Awan bergantung pada
ketinggian dan suhunya.
BAB
5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Perubahan
Iklim mempengaruhi perencanaan kegiatan pertanian, produktivitas hasil
pertanian, memacu berbagai pengaruh yang berbeda terhadap jenis hama dan
penyakit.
2. Awan
merupakan gumpalan air yang melayang di atmosfer. Awan berwarna putih
disebabkan karena Sinar matahari adalah kombinasi dari berbagai sinar dengan
panjang gelombang (warna) yang berbeda-beda. Dan juga proses pembentukan awan
akan berakhir pada hujan.
3. Jenis-
jenis awan yaitu Stratus, Kumulus, Stratokumulus, Kumulonimbus, Nimbostrastus,
Altostratus, Altokumulus, Sirus, Sirostratus, Sirokumulus.
4. Pengamatan
Awan dilakukan secara kontinyu untuk menghasilkan data yang valid.
5. Awan
terbentuk sebagai hasil pendinginan (kondensasi atau sublimasi) dari massa
udara basah yang sedang bergerak ke atas. Proses pendinginan terjadi karena
menurunnya suhu udara tersebut secara adiabatis atau mengalami pencampuran
dengan udara dingin yang sedang bergerak ke arah horizontal (adveksi).
5.2 Saran
Pada praktikum Klimatologi
mengenai pengamatan awan, diharapkan praktikan dapat memahami pengaruh awan terhadap
pertanian dan jenis- jenis awan. Praktikum mengenai awan juga penting
dipelajari mahasiswa program studi Teknik Pertanian, karena perubahan awan berpengaruh dalam memprediksi perubahan iklim
yang mempunyai pengaruh terhadap rekayasa teknologi pertanian.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahrens.2007.Meteorology Today; An Introductiton o
Weather, Climate, and the Environment. USA : Thomson Brooks/Cole.
Ariwulan,
2012. Proses Pembentukan Awan.
(online).
http://ilmuklimat.com/2009/12/01/proses-pembentukan-awan/. Diakses
pada tanggal 7 November 2014.
Daldjuni.2011. Pokok-
Pokok Klimatologi. Bandung : Penerbit Alumni.
Handoko.2014. Klimatologi
Dasar. Bogor : Institut Pertanian Bogor .
Lakitan, Benyamin.2013.Dasar-Dasar Klimatologi Cetakan ke-dua. Jakarta : Raja Grafindo
Persada.
Nur Muin, S. 2013. Penuntun Praktikum Agroklimatologi. Bengkulu :
Laboratorium Agroklimat Fakultas Pertanian.
WMO.2006.Compendium
of Meteorology.Volume 1 part 2-Physical Meteorology WMO-No.364.Geneva.
Komentar
Posting Komentar