MAKALAH BAWANG MERAH ( DASAR- DASAR AGRONOMI )

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang
Bawang adalah komoditas bumbu yang paling banyak digunakan di Indonesia. Masyarakat Indonesia tidak pernah lepas dari yang namanya bawang, khususnya bawang merah. Bawang merah sering dijadikan berbagai olahan yang banyak digemari masyarakat luas. Seperti bawang goreng, kerupuk bawang, sambal bawang dan masih banyak lagi. Bawang merupakan tanaman yang menghasilkan buah melalui umbi. Layaknya singkong, bawang tumbuh didalam tanah dengan menghasilkan banyak siung dalam satu bongkahan bawang. Bongkahan bawang ini bermanfaat. Bawang sendiri mempunyai aroma yang khas. Namun apabila dikonsumsi terlalu banyak bawang dapat menyebabkan aroma  yang tidak sedap. Bawang merah dalam bahasa Sunda dinamakan “bawang beureum” dan dalam bahasa Jawa disebut “brambang”, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut “shallot”. Bawang merah merupakan salah satu jenis sayuran yang digunakan sebagai bahan/bumbu penyedap makanan sehari-hari dan juga biasa dipakai sebagai obat tradisional atau bahan untuk industri makanan yang saat ini berkembang dengan pesat dengan beraneka ragam olahan makanan lezat yang bermunculan.
Di Indonesia, bawang merah berkembang dan diusahakan petani mulai di dataran rendah sampai dataran tinggi. Bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum) menurut sejarah awalnya tanaman ini memiliki hubungan erat dengan bawang bombay (Allium cepa L.), yaitu merupakan salah satu bentuk tanaman hasil seleksi yang terjadi secara alami terhadap varian-varian dalam populasi bawang bombay. Penyebaran alami tanaman bawang merah berkembang dari daerah asalnya yaitu dimulai dari Tazhikistan, Afganistan dan Iran. Tanaman tersebut menyebar di dunia, mulai dari Eropa sampai sekarang ditemukan di daerah ekuator sampai jauh ke Utara dan Selatan pusat polar. Di daerah tropik, bawang merah dominan dibudidayakan di dataran rendah pada 10° Lintang Utara dan 10° LS.Bagi masayarakat indonesia, bawang merah adalah salah satu bahan yang tidak dapat dipisahkan dengan masakan sehari-hari. Hampir semua masakan memakai bumbu bawang merah karena aromanya yang khas dan mengugah selera makan.
Bawang merah yang lebih dikenal dengan sayuran rempah banyak ditanam di daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 10-250 meter diatas permukaa air laut. Walaupun demikian tanaman ini dapat pula diusahakan di daerah pegunungan dengan ketinggian sampai 1.200 mdpl. Namun, terkadang harga jual tanaman bawang merah tidak stabil. Hal ini dikarenakan bawang merah sulit didapat pada saat musim hujan. Hal ini mengakibatkan tingginya harga jual bawang merah dipasaran. Sistem budidayanya merupakan perkembangan dari cara-cara tradisional yang bersifat subsisten ke budidaya intensif dan berorientasi. Produksi bawang merah sampai saat ini memang belum optimal dan masih tercermin dalam keragaman cara budidaya yang bercirikan spesifik agroekosistem tempat bawang merah diusahakan. Budidaya tanaman bawang dihadapkan  dengan berbagai masalah (resiko) dilapangan diantaranya cara budidaya, serangan hama dan penyakit, kekurangan unsur mikro dan lainnya yang menyebabkan produksi menurun. Memiliki batang sejati atau disebut “discus” yang bentuknya seperti cakram, tipis dan pendek sebagai tempat melekat perakaran dan mata tunas (titik tumbuh). Di bagian atas discus terbentuk batang semu dari pelepah-pelepah daun.
Batang semu yang berada di dalam tanah akan berubah bentuk dan fungsinya menjadi umbi lapis (bulbus). Diantara kelopak bulbus terdapat mata tunas yang dapat membentuk tanaman baru atau anakan, terutama pada spesies bawang merah biasa. Bunga bawang merah merupakan bunga majemuk berbentuk tandan yang bertangkai dengan 50-200 kuntum bunga. Pada ujung dan pangkal tangkai mengecil dan dibagian tengah menggembung, bentuknya seperti pipa yang berlubang didalamnya. Tangkai tandan bunga ini sangat panjang, lebih tinggi dari daunnya sendiri dan mencapai 30-50 cm. Bunga bawang merah termasuk bunga sempurna yang tiap bunga terdapat benang sari dan kepala putik.

1.1         Tujuan
Untuk mengetahui proses budidaya bawang merah serta pengaruh mulsa dan waring terhadap pertumbuhan bawang merah.


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1   Botani Bawang Merah
a.         Klasifikasi botani bawang merah adalah sebagai berikut:
Kingdom
Plantae
Subkingdom
Tracheobionta
Super Divisi
Spermatophyta
Divisi  
Magnoliophyta
Kelas  
Liliopsida
Sub Kelas
Liliidae
Ordo
Lilialesn b
Famili 
Liliaceae
Genus 
Allium
Spesies
Allium Cepa Var.Aaggregatum L.

b.        Morfologi Bawang Merah
Ciri-ciri morfologis bawang merah yaitu berumbi lapis, berakar serabut, berdaun silindris seperti pipa, memiliki batang sejati seperti cakram tipis yang disebut diskus. Pangkal daun bersatu membentuk batang semu. Batang semu yang berada di dalam tanah, kemudian berubah bentuk dan menjadi umbi lapis atau bulbus. Bagian-bagian dari umbi bawang merah terdiri dari sisik daun, kuncup, subang (diskus), dan akar adventif.Kemudian, pada awal pertumbuhannya, tangkai bunga keluar dari dasar umbi (cakram). Tiap tangkai bunga  tumbuh dan memanjang. Bunga bawang merah merupakan bunga majemuk berbentuk tandan yang bertangkai antara 50-200 kuntum bunga. Bagian ujung dan pangkal tangkai bunga mengecil dan menggembung di bagian tengah seperti pipa. Tangkai tandan bunga ini bisa tumbuh mencapai 30-50 cm. Bunga bawang merah termasuk bunga sempurna yang memiliki benang sari dan kepala putik.
Pada umumnya terdiri dari 5-6 benang sari, sebuah putik, dan daun bunga yang berwarna putih. Bakal buah terbentuk dari tiga daun buah yang disebut carpel, yang membentuk tiga buah ruang, dan dalam tiap ruang tersebut terdapat dua calon biji. Buah berbentuk bulat dengan ujung tumpul yang membungkus biji yang berbentuk agak pipih. Biji Bawang merah dapat digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman secara generatif. Penyerbukan bunga bawang merah melalui perantaraan lebah madu atau lalat hijau.Bunga bawang merah merupakan bunga majemuk berbentuk tandan yang bertangkai dengan 50-200 kuntum bunga. Pada ujung dan pangkal tangkai mengecil dan dibagian tengah menggembung, bentuknya seperti pipa yang berlubang didalamnya. Tangkai tandan bunga ini sangat panjang, lebih tinggi dari daunnya sendiri dan mencapai 30-50 cm. Bunga bawang merah termasuk bunga sempurna yang tiap bunga terdapat benang sari dan kepala putik. Bakal buah sebenarnya terbentuk dari 3 daun buah yang disebut carpel, yang membentuk tiga buah ruang dan dalam tiap ruang tersebut terdapat 2 calon biji. Buah berbentuk bulat dengan ujung tumpul. Bentuk biji agak pipih. Biji bawang merah dapat digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman secara generatif.
Bawang merah lebih cocok tumbuh pada tanah subur, gembur, dan banyak mengandung bahan organik, serta memerlukan drainase yang baik. Suhu yang dikehendaki 25-300C dengan ketinggian tempat 0-900 m dpl. Curah hujan 300-2500 mm/th. Jenis tanah yang baik untuk budidaya bawang merah adalah regosol, grumosol, latosol dan aluvial (Dewi, 2012). Keasaman (pH) tanah yang cocok untuk tumbuh bawang merah berkisar 5,5-6,5. Jika pH terlalu asam maka garam alumunium larut dalam tanah dan dapat mengakibatkan racun bagi tanaman bawang merah. Sedangkan apabila pH terlalu basa unsur Mangan tidak dapat dimanfaatkan sehingga umbinya menjadi kecil. Bawang merah membutuhkan iklim agak kering dan suhu udara panas sehingga cocok bila ditanam di daerah dataran rendah. Bawang merah sangat baik ditanam pada musim kemarau (Sunarjono, 2013). Bawang merah biasanya dimanfaatkan sebagai bahan pangan dalam bentuk segar, bumbu-bumbu masakan, dan atau bentuk olahan kering. Tangkai bawang merah juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan sayur. Pemanfaatan tangkai bawangmerah sebagai bahan sayur terutama dilakukan jika budidaya tanaman tidak menggunakan pestisida sehingga relative lebih amn bagi kehidupan jangka panjang.
2.2   Budidaya Bawang Merah
Cara pembudidayaan bawang merah dimulai dari pengolahan tana sampai pasca panen.
1.        Pengolahan Tanah
a.    Pembuatan bedengan pada lahan 120-180 cm
b.    Pupuk kandang disebarkan di lahan dengan dosis 0,5-1 ton/ 1000 m2
c.    Diukur kemudian digaru (biarkan + 1 minggu
d.    Diantara bedengan pertanaman dibuat saluran air (canal) dengan lebar 40-50 cm dan kedalaman 50 cm.
e.    Apabila pH tanah kurang dari 5,6 diberi Dolomit dosis + 1,5 ton/ha disebarkan di atas bedengan dan diaduk rata dengan tanah lalu biarkan 2 minggu.
f.     Untuk mencegah serangan penyakit layu taburkan GLIO 100 gr (1 bungkus GLIO) dicampur 25-50 kg pupuk kandang matang, diamkan 1 minggu lalu taburkan merata di atas bedengan.

2.    Pemilihan Bibit
a.    Ukuran umbi bibit yang optimal adalah 3-4 gram/umbi.
b.    Umbi bibit yang baik yang telah disimpan 2-3 bulan dan umbi masih dalam ikatan (umbi masih ada daunnya)
c.    Umbi bibit harus sehat, ditandai dengan bentuk umbi yang kompak (tidak keropos), kulit umbi tidak luka (tidak terkelupas atau berkilau)

3.    Fase Tanam
1.    Jarak tanam pada musim kemarau, 15 x 15 cm, varietas Ilocos, Tadayung atau Bangkok
2.    Pada Musim Hujan 20 x 15 cm varietas Tiron
3.    Pada saat tanam, seluruh bagian umbi bibit yang telah siap tanam dibenamkan ke dalam permukaan tanah. Untuk tiap lubang ditanam satu buah umbi bibit.

4.         Awal Pertumbuhan ( 0 - 10 HST )
Waspadai hama Ulat Bawang ( Spodoptera exigua atau S. litura), telur diletakkan pada pangkal dan ujung daun bawang merah secara berkelompok, maksimal 80 butir. Telur dilapisi benang-benang putih seperti kapas. Kelompok telur yang ditemukan pada rumpun tanaman hendaknya diambil dan dimusnahkan. Populasi diatas ambang ekonomi kendalikan dengan VIREXI atau VITURA . Biasanya pada bawang lebih sering terserang ulat grayak jenis Spodoptera exigua dengan ciri terdapat garis hitam di perut /kalung hitam di leher, dikendalikan dengan VIREXI.
5.         Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan pertama dilakukan umur 7-10 HST dan dilakukan secara mekanik untuk membuang gulma atau tumbuhan liar yang kemungkinan dijadikan inang hama ulat bawang. Pada saat penyiangan dilakukan pengambilan telur ulat bawang.

6.    Pengairan
Pada awal pertumbuhan dilakukan penyiraman dua kali, yaitu pagi dan sore hari. Penyiraman pagi hari usahakan sepagi mungkin di saat daun bawang masih kelihatan basah untuk mengurangi serangan penyakit. Penyiraman sore hari dihentikan jika persentase tanaman tumbuh telah mencapai lebih 90 %.

7.    Pengelolaan Tanaman
Penyiangan kedua dilakukan pada umur 0-35 HST dilanjutkan pendagiran, pembumbunan dan perbaikan bedengan yang rusak. Pengairan, penyiraman 1x per hari pada pagi hari, jika ada serangan Thrips dan ada hujan rintik-rintik penyiraman dilakukan siang hari.

8.    Pembentukan Umbi ( 36 - 50HST )
Pada fase pengamatan HPT sama seperti fase Vegetatif, yang perlu diperhatikan adalah pengairannya. Butuh air yang banyak pada musim kemarau sehingga perlu dilakukan penyiraman sehari dua kali yaitu pagi dan sore hari.

9.    Pematangan Umbi ( 51- 65 HST )
Pada fase ini tidak begitu banyak air sehingga penyiraman hanya dilakukan sehari sekali yaitu pada sore hari.


10. Panen dan Pasca Panen
Panen dilakukan pada pagi hari yang cerah dan tanah tidak becek. Pemanenan dengan pencabutan batang dan daun-daunnya. Selanjutnya 5-10 rumpun diikat menjadi satu ikatan (Jawa : dipocong)  untuk pasca panen, Penjemuran dengan alas anyaman bambu (Jawa : gedeg). Penjemuran pertama selama 5-7 hari dengan bagian daun menghadap ke atas, tujuannya mengeringkan daun. Penjemuran kedua selama2-3 hari dengan umbi menghadap ke atas, tujuannya untuk mengeringkan bagian umbi dan sekaligus dilakukan pembersihan umbi dari sisa kotoran atau kulit terkelupas dan tanah yang terbawa dari lapangan. Kadar air 89 85 % baru disimpan di gudang.
2.3   Mulsa
Mulsa adalah bahan plastik/non plastik, organik dan nonorganik yang digunakan sebagai penutup tanaman, pelindung tanaman dari pertumbuhan tanaman, serta penjaga kelembaban tanah agar produksi pertanian maksimal. Mulsa dapat bersifat permanen seperti serpihan kayu, atau sementara seperti mulsa plastik. Mulsa dapat diaplikasikan sebelum penanaman dimulai maupun setelah tanaman muncu. Mulsa organik akan secara alami menyatu dengan tanah dikarenakan proses alami yang melibatkan organisme tanah dan pelapukan non-biologis. Mulsa digunakan pada berbagai aktivitas pertanian, mulai dari pertanian subsisten berkebun,hingga pertanian industri. Mulsa anorganik terbuat dari bahan-bahan sintetis yang sukar/tidak dapat terurai. Contoh mulsa anorganik adalah mulsa plastik, mulsa plastik hitam perak atau karung. Mulsa anorganik dipasang sebelum tanaman/bibit ditanam, lalu dilubangi sesuai dengan jarak tanam. Mulsa anorganik ini harganya mahal, terutama mulsa plastik hitam perak yang banyak digunakan dalam budi daya cabai atau melon. Mulsa alami sepertijerami dan sisa-sisa tanaman laimya telah digunakan berabad-abad yang lalu. Artinya sudah sejak dahulu sekali.
Dengan adanya penggunaan mulsa sintetis telah mengubah metode penggunaan mulsa alami.(Dewi,2012). Pemakaian plastik sebagai mulsa untuk menggantikan kertas pada akhir tahun 1950 an dan awat tahun 1960 an. Sejak saat itu pemakaian mulsa plastik untuk tanamansayuran komersial telah menyebar ke seluruh dunia dan merupakan suatu metode yarg penting untuk memperbaiki produksi hasilpertanian. Di Jepang, mulsa plastik telah digunakan pada bidang pertanian di lahan terbuka maupun di rumah plastik. Mulsa plastik lebih tahan lama, sehingga dapat digunakanberkali-kali dibanding pemakaian mulsa dari bahan organik (alami), khususnya pada pertanian (budidaya tanaman bawang merah) dengan sistem penanaman yang intensif. Penggunaan mulsa plastik lebih efektif dibandingkan mulsa organik. Karena mulsa organik sering kali memicu pertumbuhan jamur yang dapat menyerang tanaman. Khususnya pada bawang merah yang sifatnya rentan terhadap pertumbuhan jamur dan bakteri lainnya.


2.4    Penggunaan Mulsa Pada Bawang Merah
Penggunaan mulsa pada bawang merah dilakukan dengan bantun bambu sebagai penguat mulsa. Mulsa akan lebih melekat pada tanah dengan bantun bambu. Selain itu, bambu juga dapat membuat susunan mulsa menjadi lebih rapi. Bawang merah lebih cocok tumbuh pada tanah subur, gembur, dan banyak mengandung bahan organik, serta memerlukan drainase yang baik. Suhu yang dikehendaki 25-300C dengan ketinggian tempat 0-900 m dpl. Curah hujan 300-2500 mm/th. Jenis tanah yang baik untuk budidaya bawang merah adalah regosol, grumosol, latosol dan aluvial (Dewi, 2012).  Keasaman (pH) tanah yang cocok untuk tumbuh bawang merah berkisar 5,5-6,5. Jika pH terlalu asam maka garam alumunium larut dalam tanah dan dapat mengakibatkan racun bagi tanaman bawang merah. Sedangkan apabila pH terlalu basa unsur Mangan tidak dapat dimanfaatkan sehingga umbinya menjadi kecil. Bawang merah membutuhkan iklim agak kering dan suhu udara panas sehingga cocok bila ditanam di daerah dataran rendah. Bawang merah sangat baik ditanam pada musim kemarau (Sunarjono, 2013).
Penggunaan mulsa plastik pada budidaya bawang merah ini bertujuan untuk : a) mengurangi evaporasi dan run off , b) menjaga lengas tanah,c) menekan perturnbuhan gulma, d) menurunkan kehilangan unsur hara, karena adanya pelindihan, e) memodifikasi suhu tanah yang dapat meoingkatkan pertumbuhan tanaman, mengurangi serangan harna penyakit serta g) mencegah hasil tercampur dengan tanah, sehingga produknya bersih dan dapat mengurangi tenaga kerja dalam pensortiran, pengepakan dan prosesing (Sumiati, 1989). Mulsa plastik lebih tahan lama, sehingga dapat digunakanberkali-kali dibanding pemakaian mulsa dari bahan organik (alami), khususnya pada pertanian (budidaya tanaman bawang merah) dengan sistem penanaman yang intensif. Pemasangan mulsa pada tanaman bawang merah, menggunakan mulsa perak untuk mengurangi penyerapan radiasi matahari, sehingga suhu tanah menjadi rendah (menjaga kelembaban), menekan gulma yang tumbuh disekitar tanaman bawang merah.




2.5   Waring
Waring adalah sarana pertanian yang digunakan untuk melindungi tanaman dari serangan hama pengganggu. Seperti belalang, jangkrik, burung dan lain sebagainya. Selain itu, waring juga berfungsi sebagai pelindung tanaman dari jatuhnya daun-daun dan ranting pohon yang dapat merusak tanaman. Penggunaan waring secara baik dan benar dapat mendukung perkembangan tanaman sehingga menghasilkan produksi yang maksimal.Waring merupakan jejaring yang dibentuk dari anyaman plastik /nets/snare nets. Produk ini memiliki fungsi, manfaat dan kegunaan yang luar biasa.
Waring dapat digunakan dalam keperluan tambak ikan atau biasa disebut water net, biasanya berwarna hitam, karena warna inilah banyak orang menyebutnya sebagai Waring Hitam. Pada budidaya tanaman waring hitam digunakan sebagai pelindung tanaman budidaya dari penyinaran matahari langsung dan melindungi tanaman dari hewan pengganggu. Adapun jenis- jenis waring yaitu jaring trowl,waring hitam, kasa, polynet, agronet, tambang jala-jala dan lain-lain. Waring adalah produk yang mempunyai karakteristik serupa jaring dengan jalinan yang membentuk ikatan yang kuat. Waring-waring yang kami produksi selalu mengutamakan mutu dan selalu ada inovasi-inovasi untuk membuat kualitas waring kami semakin baik dan bermutu. Selain itu, Waring Jaring Hitam merupakan produk yang multifungsi dipergunakan untuk perikanan, perkebunan, dan peternakan. Waring merupakan rangkaian anyaman serupa jaring yang dipergunakan untuk keperluan pagar perkebunan Sawit, Karet, dan Pagar Perkebunan - perkebunan lainnya, serta multifungsi juga untuk tambak ikan, benih lele dan tambak serta peternakan - peternakan. 





2.6   Penggunaan Waring Pada Bawang Merah
Penggunaan waring pada pertanian khususnya pada tanaman bertujuan melindungi tanaman dari gangguan/hambatan yang berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Seperti hama-hama penyakit, ranting dan dedaunan pengganggu dan lain sebagainya. Waring adalah  anyaman dari benang yang terbuat dari plastik. Waring ini banyak ragam kegunaannya. Baik untuk Perikanan, Pertanian ataupun Perkebunan. Di bidang perikanan, Waring yang digunakan biasanya adalah Waring RK, waring ini biasanya digunakan untuk pembuatan Kolam / Empang Keramba Ikan. Waring jenis lainnya yaitu yang biasa digunakan di pertanian dan perkebunan yang digunakan sebagai Pagar Tanaman. Waring pagar tanaman ini banyak manfaatnya, selain menyederhanakan bentuk pagar, waring pagar ini juga bisa menjaga tanaman dari hama perkebunan / pertanian.Saat ini waring semakin banyak diminati petani. Waring sangat membantu para petani pada berbagai proses produksi dan pemanenan hasil pertanian.
Pada pertanian ikan, waring ikan digunakan sebagai pembatas yang mudah dan murah, memberikan pemilahan budidaya perikanan jauh lebih mudah. Dengan menggunakan waring, maka pertanian ikan dapat dilakukan di kolam, danau, sungai hingga muara laut.Waring jenis lain juga bermanfaat pada sektor pertanian budidaya buah dan sayuran. Jenis waring ini digunakan  untuk pengemasan atau packing hasil panen sayur dan buah. Bentuk waring dengan jaring dan ruang  rongga yang longgar membantu aliran udara masuk dan mempertahankan kesegaran buah dan sayur. Penggunaan waring juga dimanfaatkan pada proses budidaya tanaman buah pohon. Waring digunakan untuk menghalau hama masuk dan membusukkan buah. Waring juga dapat digunakan untuk pemagaran sawah atau kebun. Dari keterangan di atas, ternyata waring memiliki aneka bentuk, jenis, dan ragam manfaatnya untuk mendukung sektor pertanian produktif nasional. Secara umum warning dapat diklasifikasikan pada dua manfaat, sekaligus dua bentuk utama waring. Yakni bentuk waring yang dimanfaatkan untuk budidaya dan proses pemanenan ikan. Waring untuk pertanian perikanan ini sering disebut dengan waring ikan atau water net.


BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
  Budidaya Tanaman Bawang Merah dilakukan pada hari Rabu, pukul 14:30 WIB Selama 3 bulan.  Bertempat di Lahan Pertanian Agronomi Universitas Sriwijaya.

3.2 Alat dan Bahan
       Alat dan bahan yang digunakan antara lain
Alat
Bahan
Cangkul
Parang
Sabit
Bambu
Mulsa
Waring

Bawang Merah
Pupuk Kandang
Air
Fungisida

3.3 Cara Kerja
1. Penyiapan Lahan
Proses budidaya bawang merah dimulai dari proses pencarian lahan yang tepat. Suhu lingkungan dan media yang akan ditanami harus cocok dengan sifat dan struktur bawang. Tanaman bawang merah dapat tumbuh baik di sawah, tanah tegalan atau pekarangan, asalkan kedua tanahnya subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik atau humus dan mudah mengikat air serta mempunyai aerasi (peredaran oksigen) yang baik. Jenis tanah yang paling cocok untuk budidaya bawang merah adalah tanah jenis lempung berpasir atau lempung berdebu karena tanah jenis ini mempunyai aerasi dan (drainase) yang cukup baik.  Setelah tanah ditentukan selanjutnya dibuatkan bedengan dengan menggunakan cangkul (penggemburan).
2.              Pupuk Kandang
Pupuk ditaburkan dipermukaan bedengan secara merata. Setiap  lahan memerlukan pupuk kandang sebanyaj 1,5-2 kg.
3.              Seleksi Bibit
Bawang yang akan ditanam haruslah bawang yang telah cukup umur, tidak terluka dan tidak keriput. Sebelum ditanam, bagian ujung bawang dipotong untuk kemudian direndam pada cairan fungisida agar terhindar dari pertumbuhan jamur.
4.              Penanaman
Satu hari sebelum tanam, bedengan dibasahi. Setelah agak kering, buatlah guritan-guritan sejajar dengan lebar bedengan sedalam 2-3 cm. Setelah itu bibit dibenamkan dalam guritan dengan posisi tegak dan agak ditekan sedikit kebawah, kemudian ditutup dengan tanah tipis-tipis.
5.              Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan dengan penyiraman bawang pada pagi dan sore hari, kemudian penyiangan gulma-gulma serta pemberian pupuk tambahan secara teratur.
6.              Penyulaman
Penyulaman dilakukan 1 minggu setelah tanam karena pada saat itu sudah dapat terlihat adanya tanaman yang pertumbuhannya tidak normal. Bibit yang digunakan untuk penyulaman adalah bibit yang sengaja disisakan dan dibiarkan tumbuh pada lahan yang lain sebagai bibit cadangan. Bibit tersebut digunakan untuk menyulam agar pertumbuhan tanaman dapat seragam.
7.              Panen dan Pasca Panen
Bawang merah dipanen saat usianya 2,5 bulan. Hasil panen dikumpulkan untuk kemudian dikeringksn dan disimpan. Stelah dibersihkan bawang siap dipasarkan.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
      Pengamatan Budidaya Tanaman Bawang Merah



No

Hari/ Tanggal

Tanaman
            
Pengamatan


Keterangan
Tinggi Daun (cm)
Lebar Daun (cm)
Jumlah Daun (Helai)
1
Rabu, 2 November 2016
Bawang Merah 1
119,5
0,4
16
Hidup
2
Rabu, 2 November 2016
Bawang Merah 2
18,8
0,5
13
Hidup
3
Rabu, 2 November 2016
Bawang Merah 3
8,6
0,4
6
Hidup
4
Rabu, 2 November 2016
Bawang Merah 4



Mati
5
Rabu, 2 November 2016
Bawang Merah 5



Mati



No

Hari/ Tanggal

Tanaman
            
Pengamatan


Keterangan
Tinggi Daun (cm)
Lebar Daun (cm)
Jumlah Daun (Helai)
1
Rabu, 2 November 2016
Bawang Merah 1
119,5
0,4
16
Hidup
2
Rabu, 2 November 2016
Bawang Merah 2
18,8
0,5
13
Hidup
3
Rabu, 2 November 2016
Bawang Merah 3
8,6
0,4
6
Hidup
4
Rabu, 2 November 2016
Bawang Merah 4



Mati
5
Rabu, 2 November 2016
Bawang Merah 5



Mati


4.2 Pembahasan

         Dari praktikum mengenai pengamatan budidaya tanaman bawang merah, dapat diketahui bahwa pertumbuhan dan perkembangan tanaman bawang merah (Allum cepa) sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, mulai dari persiapan lahan hingga pemeliharaan. Pengolahan tanah haruslah dilakukan dengan baik agar menghasilkan produk yang baik. Hal terpenting dari budidaya tanaman bawang merah adalah proses pemeliharaan. Karena proses pemeliharaan yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman bawang merah. Pengamatan dilakukan pada budidaya tanaman bawang merah yang menggunakan mulsa dan tidak menggunakan mulsa. Pengamatan pada budidaya tanaman menggunakan mulsa diamati tinggi daun, lebar daun dan jumlah daun. Tanaman bawang merah mulai tumbuh pada hari ke-3. Dengan tinggi ±1 cm, lebar ± 1 mm, dan jumlah daun 1-2 daun. Pengamatan pada hari Senin, 31 Oktober 2016, ke-lima tanaman yang dialami mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda. Tinggi rata- rata tanamannya yaitu 12,8 cm. Dengan tinggi minimun yaitu terdaapat pada tanaman B (3,3 cm). Lebar daun rata- rata yaitu 3,8 mm. Jumlah daun rata- rata yaitu 9,. Semua tanaman bawang merah yang diamati hidup. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan bentuk daun dan volume daunnya berbeda, ada beberapa tanaman berdaun tegak dan ada yang berdaun keriting. . Pengamatan pada hari Selasa, 1 November 2016, ke-lima tanaman yang dialami mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda. Beberapa tanaman bertambah tinggi. Tinggi rata- rata tanamannya yaitu 13,4 cm. Dengan tinggi minimun yaitu terdaapat pada tanaman B (3,7 cm). Lebar daun rata- rata yaitu 3,84 mm. Jumlah daun rata- rata yaitu 10. Semua tanaman bawang merah yang diamati hidup. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan bentuk daun dan volume daunnya berbeda, ada beberapa tanaman berdaun tegak dan ada yang berdaun keriting. Namun sedikit layu karena kurangnya airasi pada tanaman. Tanaman bawang merah membutuhkan kelembaban dan air yang cukup. Pengamatan pada hari rabu , 2 November 2016, ke-lima tanaman yang dialami mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda dan ada beberapa tanaman yang tidak mengalami pertumbuhan (pertumbuhan tetap). Tinggi rata- rata tanamannya yaitu 13,38 cm. Dengan tinggi minimun yaitu terdaapat pada tanaman B (4cm). Lebar daun rata- rata yaitu 4,1 mm. Jumlah daun rata- rata yaitu 11. Semua tanaman bawang merah yang diamati hidup. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan bentuk daun dan volume daunnya berbeda, ada beberapa tanaman berdaun tegak dan ada yang berdaun keriting.  Pengamatan pada hari Kamis, 3 November 2016, ke-lima tanaman yang dialami mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda. Tinggi rata- rata tanamannya yaitu 13,5 cm. Dengan tinggi minimun yaitu terdaapat pada tanaman B (4,2 cm). Lebar daun rata- rata yaitu 4,1 mm. Jumlah daun rata- rata yaitu 12. Semua tanaman bawang merah yang diamati hidup. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan bentuk daun dan volume daunnya berbeda, ada beberapa tanaman berdaun tegak dan ada yang berdaun keriting. Pengamatan pada hari Selasa, 8 November 2016, ke-lima tanaman yang dialami mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda. Tinggi rata- rata tanamannya yaitu 9,84 cm. Dengan tinggi minimun yaitu terdaapat pada tanaman B (4,3 cm). Lebar daun rata- rata yaitu 4,5 mm. Jumlah daun rata- rata yaitu 13. Semua tanaman bawang merah yang diamati hidup. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan bentuk daun dan volume daunnya berbeda, ada beberapa tanaman berdaun tegak dan ada yang berdaun keriting. Melalui pengamatan selama beberapa minggu, bahwa mulsa, waring mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan. Jika dibandingkan maka tanaman yang tidak menggunakan mulsa tumbuh subur tetapi terdapat gulma disekitarnya dan harus dibersihkan agar tidak mengganggu tanaman bawang merah. Pada saat budidaya tanaman bawang merah kita perlu memperhatikan iklim dan cuaca, saat ini cuaca kemarau dan tanaman perlu unsur air , namun jika terlalu banyak akan mengalami pembusukan
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

1.         Penggunaan mulsa dan waring pada budidaya tanaman mempengaruhi laju pertumbuhan dan perkembangan tanaman bawang merah.
2.         Tanaman bawang merah mulai tumbuh dan berkembang pada hari ke-3. Dengan tinggi ±1 cm, lebar ± 1 mm, dan jumlah daun 1-2 daun.
3.         Mulsa dibedakan menjadi dua macam dilihat dari bahan asalnya, yaitu mulsa organik dan anorganik. 
4.         Pertumbuhan tanaman bawang merah dapat tumbuh hinga ketinggian maksimal ±25 cm.
5.         Budidaya tanaman yang baik dimulai dari pemilihan jenis tanaman sesuai dengan lokasi, ekosistem tempat tanaman akan dibudidayakan dan dengan syarat tumbuh tanaman.

5.2 Saran

Pada Praktikum mengenai pengaruh mulsa dan waring terhadap budidaya tanaman bawang merah, diharapkan praktikan lebih paham bagaimana cara budidaya tanaman bawang merah yang baik dan mengetahui bahwa ada faktor- faktor yang mempengaruhi budidaya tanaman bawang merah.















DAFTAR PUSTAKA
Dewantoro. 2012. Petani Minta Impor Bawang Merah Tepat Sasaran. http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2012/02/16/81668/petani_minta_impor_bawang_merah_tepat_sasaran/#.UGJ3J43iYxI. Diakses pada tanggal 29 oktober 2016.
Dewi, N. 2012. Untung Segunung Bertanam Bawang Merah. Pustaka Baru Press. Yogyakarta. 195 h.
Firmanto, B. 2011. Praktis Bertanam Bawang Merah Secara Organik. Angkasa. Bandung.74 h.
Heru, R. 2012. Pengaruh Jarak Tanam terhadap Produktivitas Tanaman Padi Sistem Jajar Legowo. http://rezer-adt.blogspot.com/2013/04/pengaruh-jarak-tanam-terhadap.html. Diakses pada tanggal 29 Oktober 2016.
Husna, A. 2013. Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhandan Hasil Tanaman Bawang Merah. http://jurnal.umsb.ac.id//uploads/2014/03/ JURNAL-yona.pdf. Skripsi. Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat. Diakses pada tanggal 29 Oktober 2016.
Navratilova, Kusuma dan Prijono. 2013.Pengaruh Mulsa Sekam, Jerami Padi, Alang-Alang, dan Plastik Hitam Perak Terhadap Laju Evaporasi http://download.portalgaruda.org/ article.php?article=29699&val=2165&title=. Jurnal.Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang. Diakses pada tanggal 28 Oktober 2016.
Prawiranata dan Tjondronegoro. 2002. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Fakultas Pertanian IPB, Bogor.
Sembiring, A. P. 2013. Pemanfaatan Mulsa Plastik Hitam Perak (MPHP) dalam Budidaya(CapsicumannuL).http://www.scribd.com/doc/82000378/Pemanfaatan-Mulsa-Plastik-Hitam-Perak-MPHP-Dalam-Budidaya-Cabai-Capsicum-annum-L. Diakses pada tanggal 28 Oktober 2016.
Sunarjono, H. 2013. Bertanam 36 Jenis Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta 204 h.
Zulfahmi, M. 2014. Mulsa.http://kickfahmi.blogspot.com/2013/12/mulsa.html. Diakses pada tanggal 28 Oktober 2016 .















LAMPIRAN














 









                                          

 






















DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... iii
MOTTO DAN TUJUAN ................................................................................... iv
DAFTAR ISI .....................................................................................................  v
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................  1
1.1. Latar Belakang............................................................................................. 1
1.2. Tujuan.......................................................................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................  3
2.1. Botani Bawang Merah................................................................................. 3
2.2. Budidaya Bawang Merah............................................................................. 4
2.3. Mulsa............................................................................................................ 7
2.4. Penggunaan Mulsa pada budidaya bawang merah .....................................  8
2.5. Waring.......................................................................................................... 9
2.6. Penggunaan Waring pada budidaya bawang merah.................................... 9
BAB 3 PELAKSANAAN PRAKTIKUM ........................................................ 11
3.1. Tempat dan Waktu....................................................................................... 11
3.2. Alat dan Bahan............................................................................................ 11
3.3. Cara Kerja.................................................................................................... 12
3.4 Pasamotor...................................................................................................... 12
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 13
4.1 Hasil ............................................................................................................. 13
4.2 Pembahasan ................................................................................................. 15
BAB 5 PENUTUP ............................................................................................. 17
5.1 Kesimpulan................................................................................................... 17
5.2 Saran............................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................
LAMPIRAN................................................................................................ ......












LEMBAR PERSYARATAN
PRAKTIKUM DASAR- DASAR AGRONOMI
PENGARUH MULSA TERHADAP PERTUMBUHAN
DAN PRODUKSI TANAMAN BAWANG MERAH (Alium cepa)





OLEH :
CYNTHIA MANDA SARI
05021281621047

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk lulus
mata kuliah Praktikum Dasar- Dasar Agronomi

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIKUM DASAR- DASAR AGRONOMI
PENGARUH MULSA TERHADAP PERTUMBUHAN
DAN PRODUKSI TANAMAN BAWANG MERAH (Alium cepa)


OLEH :
CYNTHIA MANDA SARI
05021281621047


            Telah diterima sebagai salah satu syarat untuk lulus dalam Praktikum Dasar- Dasar Agronomi.

Indralaya, 2016
       Asisten I                                                           Koordinator Asisten

    
      Slamet Triyadi
       0507181320009

                                                                       Dwi Ayu Raffi
                                                                       05121006033
      Asisten II                                                          
     

      Rio Arianto
       05021281320015
                                



Komentar