Impor Beras, Rupiah Melemah, Swasembada Pangan, Irigasi, Ada apa?

Pada tahun 2018, Rupiah mengalami kemerosotan tajam dan dolar melesat tinggi. Nilai dolar hampir mencapai nilai Rp.15.000,00 per dolar awal bulan agustus. Ditengah melesatnya nilai dolar, Indonesia melakukan impor beras padahal seharusnya jika nilai rupiah turun pemerintah harus berhenti impor dan melakukan ekspor. Pemerintah terus melakukan impor beras dengan dalih untuk meredam kenaikan harga beras dan memenuhi kebutuhan pokok masyarakat.  Padahal berdasarkan hasil survey ekonom ke setiap daerah penghasil beras mengatakan bahwa Indonesia surplus beras. Kementrian pertanian mengatakan bahwa Indonesia Surplus 329.000 ton beras per Januari 2018. Akan tetapi Indonesia tetap melakukan Impor beras dengan jumlah yang tidak sedikit. Berdasarkan Badan Statistik Negara Impor beras indonesia semester I 2018 melonjak 755%. Bagaimana dengan Nawacita Presiden terkait swasembada pangan? Apakah telah terealisasi? Tentu hasil Nawacita saat ini dipertanyakan.
Jika Indonesia terus melakukan impor maka swasembada pangan tidak akan tercapai dan rupiah semakin melemah. Ada indikasi bahwa adanya kepentingan politik karena Indonesia surplus beras dan rupiah terpuruk, akan tetapi Indonesia Impor. Adanya indikasi demikian karena harga beras impor lebih murah dibandingkan harga pasar. Ketika beras impor dijual dengan harga pasar tentu ada selisih keuntungan yang dapat digunakan untuk biaya kampanye. Luas lahan sawah Indonesia mencapai 8,19 juta ha dan 5 ribu hektar hilang untuk jalan tol, akan tetapi Hanya 0,0006 % saja yang hilang dan tentu tidak terlalu signifikan untuk dijadikan alasan. Jika pemerintah mau mensejahterakan rakyatnya simpelnya tidak perlu impor akan tetapi melakukan eksplorasi lahan tani sehingga swasembada pangan 2045 tidak hanya sekedar wacana dan rupiah akan kuat kembali.
Salah satu cara swasembada pangan yaitu melakukan optimalisasi irigasi. Permasalahan petani saat ini terkait kondisi cuaca yang tidak menentu sehingga saat musim kemarau sawah mengalami kekeringan dan ketika musim hujan sawah akan tergenang dan tanaman mengalami kematian. Air merupakan elemen vital dalam produksi beras.  Solusi mengatasi problematika tersebut dengan optimalisasi irigasi lahan sawah. Sistem irigasi yang diterapkan pada beberapa lahan didaerah masih belum optimal. Bahkan irigasi tanaman semakin menurun hingga 50 % sehingga menurunkan produktivitas dan mutu tanaman. Sistem irigasi yang cocok yaitu sistem irigasi perpompaan dan pipa. Prinsip sistem tersebut mengambil air dari sumber, membawa dan mengalirkan air dari sumber ke lahan sawah, mendistribusikan air kepada tanaman, mengatur dan mengukur aliran air sesuai kebutuhan tanaman. Jika air yang dialirkan sesuai dengan kebutuhan tanaman maka dapat dikontrol debit air yang keluar sehingga tidak banyak air yang terbuang sia-sia.

Cynthia Manda Sari -Universitas Sriwijaya

Komentar